1. PROSES
Proses
adalah urutan pelaksanaan atau kejadian yang terjadi secara alami atau
didesain, mungkin menggunakan waktu, ruang, keahlian atau sumber daya lainnya,
yang menghasilkan suatu hasil. Suatu proses mungkin dikenali oleh perubahan
yang diciptakan terhadap sifat-sifat dari satu atau lebih objek di bawah
pengaruhnya. Bandingkan: pengolahan.
2. PENGARUH
Pengaruh
adalah yang menyebabkan sesuatu terjadi, baik secara langsung maupun tidak.
Pengaruh bisa dirunut langkah mundur dari suatu dampak pada sesuatu yang
terjadi tersebut. Jadi, pengaruh adalah logika terbalik dari suatu kejadian.
3. KEPUTUSAN
Keputusan
adalah suatu reaksi terhadap beberapa solusi alternatif yang dilakukan secara
sadar dengan cara menganalisa kemungkinan - kemungkinan dari alternatif
tersebut bersama konsekuensinya.Setiap keputusan akan membuat pilihan terakhir,
dapat berupa tindakan atau opini. Itu semua bermula ketika kita perlu untuk
melakukan sesuatu tetapi tidak tahu apa yang harus dilakukan. Untuk itu
keputusan dapat dirasakan rasional atau irrasional dan dapat berdasarkan asumsi
kuat atau asumsi lemah. keputusan adalah suatu ketetapan yang diambil oleh
organ yang berwenang berdasarkan kewenangan yang ada padanya.
Bentuk-bentuk atau jenis-jenis Keputusan
A. Keputusan Terprogram
Merupakan
keputusan yang berulang dan telah ditentukan sebelumnya, dalam keputusan
terprogram prosedur dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang
dialami organisasi. Keputusan terprogram memiliki struktur yang baik karena
pada umumnya kriteria bagaimana suatu kinerja diukur sudah jelas, informasi
mengenai kinerja saat ini tersedia dengan baik, terdapat banyak alternatif
keputusan, dan tingkat kepastian relatif yang tinggi. Tingkat kepastian relatif
adalah perbandingan tingkat keberberhasilan antara 2 alternatif atau lebih.
Contoh keputusan terprogram adalah, aturan umum penetapan harga pada industri
rumah makan dimana makanan akan diberi harga hingga 3 kali lipat dari direct
cost.
B. Keputusan Tidak Terprogram
Keputusan
ini belum ditetapkan sebelumnya dan pada keputusan tidak terprogram tidak ada
prosedur baku yang dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan. Keputusan
ini dilakukan ketika organisasi menemui masalah yang belum pernah mereka alami
sebelumnya, sehingga organisasi tidak dapat memutuskan bagaimana merespon
permasalahan tersebut, sehingga terdapat ketidakpastian apakah solusi yang
diputuskan dapat menyelesaikan permasalahan atau tidak, akibatnya keputusan
tidak terprogram menghasilkan lebih sedikit alternatif keputusan dibandingkan
dengan keputusan terprogram selain itu tingginya kompleksitas dan
ketidakpastian keputusan tidak terprogram pada umumnya melibatkan perencanaan
strategik.
Dasar Pengambilan Keputusan
1. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Intuisi
Yaitu Pengambilan keputusan yang berdasarkan perasaan
hati yang seringkali bersifat subyektif. Pengambilan keputusan yang berdasarkan
intuisi membutuhkan waktu yang singkat, untuk masalah-masalah yang dampaknya
terbatas, pada umumnya pengambilan keputusan yang bersifat intuitif akan
memberikan kepuasan sepihak dan bersifat perasaan.
Sifat subjektif dari keputusuan intuitif ini
memberikan keuntungan, yaitu :
a.
Pengambilan keputusan oleh satu pihak sehingga mudah
untuk memutuskan.
b.
Keputusan intuitif lebih tepat untuk masalah-masalah
yang bersifat kemanusiaan
2. Pengambilan Keputusan Rasional
Yaitu Pengambilan
keputusan yang dibuat berdasarkan pertimbangan rasional berfikir dan lebih
bersifat objektif. Keputusan yang bersifat rasional berkaitan dengan daya guna
pikir. Masalah–masalah yang dihadapi merupakan masalah yang memerlukan
pemecahan rasional. Keputusan yang dibuat berdasarkan pertimbangan rasional
lebih bersifat objektif dan dapat diukur.
3. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Pengalaman
Yaitu Pengambilan keputusan yang berdasarkan
pengalaman-pengalaman yang diperoleh sehingga dapat digunakan untuk
memperkirakan apa yang menjadi latar belakang masalah dan bagaimana arah penyelesaiannya.
Keputusan yang berdasarkan pengalaman sangat bermanfaat bagi pengetahuan
praktis di kemudian hari.
4. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Fakta
Yaitu Pengambilan keputusan yang
dibuat berdasarkan data empiris dan fakta nyata sehingga dapat memberikan
keputusan yang valid sehingga tingkat kepercayaan terhadap pengambil keputusan
dapat lebih tinggi. Istilah fakta perlu dikaitkan dengan istilah data dan
informasi. Kumpulan fakta yang telah dikelompokkan secara sistematis dinamakan
data. Sedangkan informasi adalah hasil pengolahan dari data. Dengan demikinan,
data harus diolah lebih dulu menjadi informasi yang kemudian dijadikan dasar
pengambilan keputusan.
5. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Wewenang
Yaitu pengambilan keputusan yang berdasarkan atas
wewenang/kedudukan yang dimiliki oleh seseorang yang menjadi pemimpin. Setiap
orang yang menjadi pimpinan organisasi mempunyai tugas dan wewenang untuk
mengambil keputusan dalam rangka menjalankan kegiatan demi tercapainya tujuan
organisasi yang efektif dan efisien.
4. ORGANISASI
Terdapat
beberapa teori dan perspektif mengenai organisasi, ada yang cocok sama satu
sama lain, dan ada pula yang berbeda. Organisasi pada dasarnya digunakan
sebagai tempat atau wadah dimana orang-orang berkumpul, bekerjasama secara
rasional dan sistematis, terencana, terorganisasi, terpimpin dan terkendali,
dalam memanfaatkan sumber daya (uang, material,mesin, metode, lingkungan),
sarana-parasarana, data, dan lain sebagainya yang digunakan secara efisien dan
efektif untuk mencapai tujuan organisasi.
Menurut para ahli terdapat beberapa
pengertian organisasi sebagai berikut.
· Stoner mengatakan bahwa
organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang melalui mana orang-orang di
bawah pengarahan atasan mengejar tujuan bersama .
· James D. Mooney mengemukakan
bahwa organisasi adalah bentuk setiap perserikatan manusia untuk mencapai
tujuan bersama .
· Chester I. Bernard
berpendapat bahwa organisasi adalah merupakan suatu sistem aktivitas kerja sama
yang dilakukan oleh dua orang atau lebih.
·
Stephen P. Robbins
menyatakan bahwa Organisasi adalah kesatuan (entity) sosial yang
dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif dapat
diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang relatif terus menerus untuk
mencapai suatu tujuan bersama atau sekelompok tujuan.
Sebuah
organisasi dapat terbentuk karena dipengaruhi oleh beberapa aspek seperti
penyatuan visi dan misi serta tujuan yang sama dengan perwujudan eksistensi
sekelompok orang tersebut terhadap masyarakat. Organisasi yang dianggap baik
adalah organisasi yang dapat diakui keberadaannya oleh masyarakat disekitarnya,
karena memberikan kontribusi seperti; pengambilan sumber daya manusia dalam
masyarakat sebagai anggota-anggotanya sehingga menekan angka pengangguran.
Orang-orang
yang ada di dalam suatu organisasi mempunyai suatu keterkaitan yang terus
menerus. Rasa keterkaitan ini, bukan berarti keanggotaan seumur hidup. Akan
tetapi sebaliknya, organisasi menghadapi perubahan yang konstan di dalam
keanggotaan mereka, meskipun pada saat mereka menjadi anggota, orang-orang
dalam organisasi berpartisipasi secara relatif teratur.
5. KELOMPOK
Kelompok
adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu
sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan
memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut. Kelompok ini misalnya
adalah keluarga, kelompok diskusi, kelompok pemecahan masalah, atau suatu
komite yang tengah berapat untuk mengambil suatu keputusan. Dalam komunikasi
kelompok, juga melibatkan komunikasi antarpribadi. Karena itu kebanyakan teori
komunikasi antarpribadi berlaku juga bagi komunikasi kelompok
Pengambilan Keputusan Dalam Organisasi
Pengambilan
keputusan adalah tindakan pemilihan alternatif. Hal ini berkaian dengan fungsi
manajemen. Menurut Herbert A. Simon, ahli teori kepufusan dan organisasi
mengonseptualisasikan tiga tahap utama dalam proses, pengambilan keputusan:
a.
Aktiv itas inteligensi:
Berasal dari pengertian militer "intelligence," Simon
mendeskripsikan tahap awal ini sebagai penelusuran
kondisi lingkungan
yang memerlukan pengambilan keputusan.
b.
Aktivitas desain: Selama
tahap kedua, mungkin terjadi tindakan penemuan,
pengembangan, dan analisis masalah.
c.
Aktivitas memilih: Tahap
ketiga dan terakhir ini merupakan pilihan sebenarnya memilih tindakan tertentu
dari yang tersedia.
Tahap ketiga dan terakhir ini merupakan pilihan sebenarnya-memilih tindakan
tertentu dari yang tersedia. Sedangkan Mintzberg a koleganya mengemukakan
tentang langkah-langkah pengambilan keputusan, yaitu:
a) Tahap identifikasi: dimana pengenalan masalah atau
kesempatan muncul dan diagnosis dibuat Diketahui
bahwa masalah yang berat mendapatkan diagnosis yang ekstensif dan sistematis, tep masalah yang sederhana tidak.
b) Tahap pengembangan: dimana terdapat pencarian prosedur
atau solusi standar yang ada as mendesain
solusi yang baru. Diketahui bahwa proses desain merupakan proses
pencarian dan percobaan di mana pembuat keputusan hanya mempunyai
ide solusi ideal yang tidak jelas.
c) Tahap seleksi: dimana pilihan solusi dibuat. Ada tiga
cara pembentukan seleksi: denganpenilainn pembuat keputusan, berdasarkan pengalaman atau intuisi,
bukan analisis logis; dengan
analisis alternatif yang logis dan sistematis; dan dengan tnwar-menawar saat seleksi melibatkan kelompok pembuat keputusan dan
semua manuver politik yang ada. Sekali
keputusan diterima secara formal, otorisasi pun kemudian dibuat.
Jenis-jenis pengambilan keputusan
1. Gaya Direktif
Pembuat keputusan gaya direktif mempunyai toleransi rendah pada ambiguitas, dan
berorienytasi pada tugas dan masalah teknis. Pembuat keputusan ini cenderung
lebih efisien, logis, pragmatis dan sistematis dalam memecahkan masalah.
Pembuat keputusan direktif juga berfokus pada fakta dan menyelesaikan segala
sesuatu dengan cepat. Mereka berorientasi pada tindakan, cenderung mempunyai
fokus jangka pendek, suka menggunakan kekuasaan, ingin mengontrol, dan secan
menampilkan gaya kepemimpinan otokratis.
2. Gaya Analitik
Pembuat keputusan gaya analitik mempunyai toleransi yang tinggi untuk
ambiguitas dan tugas yang kuat serta orientasi teknis. Jenis ini suka
menganalisis situasi; pada kenyataannya, mereka cenderung terlalu menganalisis
sesuatu. Mereka mengevaluasi lebih banyak informasi dan alternatif darpada
pembuat keputusan direktif. Mereka juga memerlukan waktu lama untuk mengambil
kepuputusan mereka merespons situasi baru atau tidak menentu dengan baik.
Mereka juga cenderung mempunyai gaya kepemimpinan otokratis.
3. Gaya Konseptual
Pembuat keputusan gaya konseptual mempunyai toleransi tinggi untuk ambiguitas,
orang yang kuat dan peduli pada lingkungan sosial. Mereka berpandangan luas
dalam memecahkan masalah dan suka mempertimbangkan banyak pilihan dan
kemungkinan masa mendatang. Pembuat keputusan ini membahas sesuatu dengan orang
sebanyak mungkin untuk mendapat sejumlah informasi dan kemudian mengandalkan
intuisi dalam mengambil keputusan. Pembuat keputusan konseptual juga berani mengambil
risiko dan cenderung bagus dalam menemukan solusi yang kreatif atas masalah.
Akan tetapi, pada saat bersamaan, mereka dapat membantu mengembangkan
pendekatan idealistis dan ketidakpastian dalam pengambilan keputusan.
4. Gaya Perilaku
Pembuat keputusan gaya perilaku ditandai dengan toleransi ambiguitas yang
rendah, orang yang kuat dan peduli lingkungan sosial. Pembuat keputusan
cenderung bekerja dengan baik dengan orang lain dan menyukai situasi
keterbukaan dalam pertukaran pendapat. Mereka cenderung menerima saran, sportif
dan bersahabat, dan menyukai informasi verbal daripada tulisan. Mereka
cenderung menghindari konflik dan sepenuhnya peduli dengan kebahagiaan orang
lain. Akibatnya, pembuat keputusan mempunyai kesulitan untuk berkata 'tidak'
kepada orang lain, dan mereka tidak membuat keputusan yang tegas, terutama saat
hasil keputusan akan membuat orang sedih.
Faktor-faktor pengambilan keputusan
· Fisik
· Emosional
· Rasional
· Praktikal
· Interpersonal
dan Struktural
Keputusan
dapat diambil dengan cara individual & kelompok, individual contohnya
seperti pengambilan keputusan yang diambil oleh manager saja tanpa adanya rapat
kerja atau diskusi. Sedangkan kelompok merupakan pengambilan keputusan yang
prosesnya melalui hasil dari rapat atau diskusi bersama.
Untuk mendapatkan hasil yang baik
Pengambilan keputusan haruslah melalui beberapa proses, diantaranya :
1.
IDENTIFIKASI MASALAH
2.
PENGUMPULAN & PENGANALISASI DATA
3.
PEMBUATAN ALTERNATIF-ALTERNATIF KEBIJAKAN
4.
PEMILIHAN SALAH SATU ALTERNATIF TERBAIK
5.
PELAKSANAAN KEPUTUSAN
Dengan cara melakukan proses seperti
di atas pengambilan keputusan dalam organisasi akan berjalan baik dan akan
mendapat hasil yang baik pula.
§ Adanya pengaruh tekanan dari
luar
Adanya pengaruh tekanan dari luar merupakan suatu proses yang dapat
mempengaruhi pengambilan keputusan, dikarenakan proses cepat atau lambatnya
pembuat keputusan tergantung dari banyaknya tekanan diterima. Kadang pembuat
keputusan ragu-ragu dalam menentukan, namun adanya pengaruh tekanan dari luar
dapat mempercepat keputusan yang diambil. Hal ini dikarenakan tidak adnaya ketegasan
dari pemimpin organisasi dalam penyelesaian masalah.
§ Adanya pengaruh kebiasaan lama
atau sifat-sifat pribadi
Faktor sifat yang baik maupun tidak baik yang ada dalam diri seorang pembuat
keputusan, merupakan hal yang dapat mempengaruhi keputusannya tersebut . Dalam
hal ini seorang pembuat keputusan akan terbiasa dengan sifat pribadinya. Hal
ini dapat dilihat dari sisi kepribadian seorang pemimpin, bagaimana dia
mengambil sebuah keputusan dalam mengahadapi masalah. Tentunya seorang oemimpin
organisasi harus bijaksana dalam bersikap ketika ada masalah dan mengambil
keputusan.
§ Pengaruh dari kelompok lain
Kelompok lain juga dapat mempengaruhi suatu keputusan dikarenakan kelompok atau
organisasi tersebut mempunyai keputusan yang dapat dipertimbangkan oleh
pemimpin organisasi lain dalam menyikapi masalah dan pengaruh kelompok lain ini
juga dapat menjatuhkan organisasi serta mementingkan kepentingan kelompok
tersebut.
§ Faktor pengalaman
Faktor pengalaman seorang pembuat keputusan adalah hal yang sangat penting,
karena banyaknya pengalaman orang tersebut maka ia akan berani dalam menentukan
keputusan. Hal ini juga berkaitan terhadap keahlian yang dimiliki oleh pemimpin
atau anggota karena pengalaman yang pernah dialaminya.
Contoh
Kasus :
Hukum untuk Para Koruptor Indonesia
Belakangan
ini kita sering mendengar pemberitaan yang sangat memilukan hati Indonesia
yaitu berita para pejabat yang ketahuan korupsi. Berita pejabat korupsi
ini sering kita lihat dan dengar, terlalu ramai di awal, lalu hilang dalam
sekejab pada pemberitaan mata media masa di Indonesia. Mungkin ini yang
membuat koruptor tidak terlalu malu, karena mereka pikir apa yang mereka
lakukan(korupsi) nanti juga masyarakat tidak tahu kelanjutanya dan akhirnya mereka
bisa bersenang-senang kembali.
Keputusan hukum indonesia pada para pejabat koruptor nampaknya tidak begitu adil, bayangkan mereka telah merampas uang negara, mulai dari pajak,impor sapi hingga projek-projek pemerintahaan Indonesia namun walau begitu mereka masih bisa tersenyum tanpa malu. Dan tidak cuma pejabat koruptornya saja yang tidak malu, keluarga koruptor pun terkadang muncul di tv seolah mereka tidak melihat dan merasakan apa yang sudah dilakukanya. Sungguh miris bila dibandingkan dengan maling sepeda motor, maling ayam, dan copet kereta. Yang apabila mereka tertangkap basah maka tak ada ampun baginya bahkan bisa sampai mati dipukulin. Padahal uang koruptor lebih besar daripada motor, ayam bahkan dompet satu orang.
Penegakan hukum bagi para pejabat koruptor di Indonesia nampaknya tidak akan efektif bila hanya dipenjara beberapa tahun dan harta korupsinya diambil. Dan kelihatanya pemerintah kurang tegas untuk menegakan hukum bagi para koruptor. Ini seperti ada hal yang aneh di dalam pemerintahan bangsa ini. Kongkalikong untuk merebut harta sebanyak”nya diantara berbagai pihak dalam pemerintahan sangat memungkinkan terjadi.
Hukum “tembak mati” bagi koruptor di Indonesia?? Hukum tembak mati bagi koruptor mungkin cara ini lah yang paling efektif bagi negara ini karena sudah banyaknya kasus-kasus korupsi yang terkuak di permukaan masyarakat. Namun menurut saya ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi hukuman tembak mati sulit terlaksana diantaranya:
Keputusan hukum indonesia pada para pejabat koruptor nampaknya tidak begitu adil, bayangkan mereka telah merampas uang negara, mulai dari pajak,impor sapi hingga projek-projek pemerintahaan Indonesia namun walau begitu mereka masih bisa tersenyum tanpa malu. Dan tidak cuma pejabat koruptornya saja yang tidak malu, keluarga koruptor pun terkadang muncul di tv seolah mereka tidak melihat dan merasakan apa yang sudah dilakukanya. Sungguh miris bila dibandingkan dengan maling sepeda motor, maling ayam, dan copet kereta. Yang apabila mereka tertangkap basah maka tak ada ampun baginya bahkan bisa sampai mati dipukulin. Padahal uang koruptor lebih besar daripada motor, ayam bahkan dompet satu orang.
Penegakan hukum bagi para pejabat koruptor di Indonesia nampaknya tidak akan efektif bila hanya dipenjara beberapa tahun dan harta korupsinya diambil. Dan kelihatanya pemerintah kurang tegas untuk menegakan hukum bagi para koruptor. Ini seperti ada hal yang aneh di dalam pemerintahan bangsa ini. Kongkalikong untuk merebut harta sebanyak”nya diantara berbagai pihak dalam pemerintahan sangat memungkinkan terjadi.
Hukum “tembak mati” bagi koruptor di Indonesia?? Hukum tembak mati bagi koruptor mungkin cara ini lah yang paling efektif bagi negara ini karena sudah banyaknya kasus-kasus korupsi yang terkuak di permukaan masyarakat. Namun menurut saya ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi hukuman tembak mati sulit terlaksana diantaranya:
· Karena kita bukan tuhan, dan harus mengikuti tuhan. Maksudnya karena kita bukan tuhan
ialah karena hanya tuhanlah yang boleh mencabut nyawa setiap manusia dan harus mengikuti tuhan karena kita harus memaafkan seseorang yang bersalah karena tuhan pun memaafkan umatnya yang benar-benar bertobat.
· Karena
mereka masih punya keluarga yang harus dinafkahi.
· HAM
atau hak asasi manusia untuk bisa hidup.
· Mungkin
semua orang didalam pemerintahaan koruptor makanya mereka tak berani membuat
keputusan seperti itu.
Pengaruh Hukuman mati dari luar.
Indonesia
harusnya bisa belajar dari negeri China yang menerapkan hukum seperti
ini. China yang mulai menerapkan hukuman mati pada maret 1998 yang pada
saat itu Perdana Menteri China Zhu Rongji mengucapkan sumpah melenyapkan
korupsi dengan jalan menyiapkan seratus peti mati dimana sembilan puluh
sembilan untuk para koruptor dan satu buah peti untuk dirinya bila berbuat hal
yang sama. Hasilnya?? China kini menjadi salah satu raksasa ekonomi
di dunia dengan pertumbuhan ekonomi hingga 10 persen lebih. Selain China,
mungkin Singapura merupakan negara pertama yang membentuk Biro Penyidik Praktek
Korupsi di tahun 1982 seperti yang nantinya dicontoh juga oleh Indonesia dengan
KPK-nya.
Atau
bagaiman jika meniru Hongkong dengan Independence Corruption Agains Commisionnya(ICAC)
yang dibentuk tahun 1974, atau Malaysia dengan Bada Pencegah Rasua(BPR) sejak
tahun 1967.
Pengaruh Hukuman Mati dari dalam.
Dari survey yang diadakan oleh Transparency International menunjukan bahwa
Indonesia masih menduduki peringkat 130 dari 136 negara terkorup dengan index
2.4 lalu pada tahun 2007 survei mencakup 180 negara, Indonesia berada di
peringkat 145 dari 180 negara terkorup. Berikutnya pada tahun 2009
Indonesia menduduki posisi 111 dari 180 negara terkorup. Dan pada tahun 2010
Indonesia memuncaki peringkat atas negara terkorup di Asia Pacific.
Dengan adanya data-data ini yang di buat oleh para koruptor negara ini saja bisa kita lihat sendiri bagaimana peningkatan kasus korupsi di Indonesia. Sungguh luar biasa memalukan sekaligus membuktikan bahwa hukum untuk koruptor di Indonesia pada saat ini tidak efektif dan hanya sia-sia belaka. Dan faktor lainya ialah para koruptor yang masih bisa bersenang-senang dipenjara tanpa malu dan mendapat fasilitas hotel bintang lima.
Kesimpulan
Jadi
pengambilan keputusan bisa di dasarkan pada banyak hal dan banyak cara. Bisa
mulai dari voting, pengambilan suara secara bermusyawarah dan juga keputusan
langsung yang di ambil dari pemimpin organisasi tersebut. Tapi inti dari semua
itu, pengambilan keputusan harus berdasarkan kepada fakta yang ada dilapangan
dan memperkirakan kemungkinan kemungkinan yang ada yang timbul dari proses
pengambilan keputusan tersebut apakah itu berdampak baik atau buruk dan
itu harus difikirkan dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
0 komentar:
Posting Komentar